Rabu, 12 September 2007

Rematik Intai Perempuan Muda

Banyak orang yang mengira rematik adalah penyakit orangtua. Itu benar, tapi tak terlalu tepat. Penyakit ini memang sering ditemui pada mereka yang berusia diatas 50 tahun, tetapi tak sedikit pula yang menghinggapi remaja atau dewasa muda.

Rematik merupakan bagian dari penyakit radang sendi atau artitis. Penyakit ini banyak sekali ragamnya, mencapai lebih dari 100 jenis dengan penyebab dan gejala yang hampir sama. Ada yang disebut osteoartitis dan polimialga rematik yang banyak mengenai orang yang berusia 40 tahun ke atas. Lalu ada pula yang disebut artitis rematoid (rheumatoid arthitis) yang menyerang kelompok usia 20-50 tahun, terutama perempuan.

Penyebab rematik sangat bervariasi tapi umumnya karena masalah otoimun (aoutoimune) dimana sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jaringan persendian. Akibatnya tulang rawan di sekitar sendi menipis. Sebagai gantinya terbentuklah tulang baru. Di saat tubuh bergerak, tulang-tulang di persendian bersinggungan. Itulah yang memicu rasa sakit dan nyeri yang hebat.

Gejala osteoartitis antara lain nyeri pada persendian setelah beraktivitas, nyeri terasa saat terjadi perubahan cuaca dari panas ke dingin, terjadi peradangan dan hilangnya fleksibilitas sendi, selain itu sendi terlihat kemerahan dan berasa panas.

Sedangkan gejala rematik jenis artritus rematoid, antara lain, sendi terasa kaku di pagi hari, sendi bengkak tanpa sebab yang jelas, gerak terbatas. Misalnya sulit bangun dan memakai pakaian. Selain juga merasa nyeri di persendian, terutama di pagi hari dan membaik disiang hari.

Selain faktor otoimun, rematik dipicu oleh faktor pertambahan usia. Setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya gesekan antara tulang. Dan didalam sendi terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan.

Radang sendi atau rematik tidak muncul seketika. Prosesnya bertahap dan bila sudah terkena biasanya mengendap menjadi kronis. Risiko mengidap rematik cukup besar pada mereka yang sehari-hari berpola hidup tak sehat seperti menyukai makanan berlemak, terutama lemak hewani. Di dalam tubuh, zat lemak hewani berubah menjadi zat eicosanoid. Dalam jumlah terbatas, zat ini sangat dibutuhkan tubuh, namun bila kadarnya melebihi batas normal malah bisa menyebabkan radang pada persendian.

Radang sendi bisa juga bermula dari tubuh yang kegemukan. Berat badan yang berlebihan memberikan beban yang besar pada tulang sehingga memengaruhi kesehatan sendi. Cidera otot maupun sendi yang dialami sewaktu berolahraga atau lantaran aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa pula mengundang rematik. Karena itu, sebelum berolahraga sangat dianjurkan melakukan pemanasan yang bertujuan melenturkan otot dan sendi sehingga cidera dapat dihindarkan.

Rematik sulit disembuhkan. Obat yang ada umumnya berfungsi sebagai pain killer atau pembunuh rasa sakit dengan daya kerja bersifat sementara, bukan benar-benar mengusir penyakit. Pain killer tergolong obat non steroid antiinflammatory drugs (NSAIDs). Obat itu sangat membantu tapi memiliki efek samping yang tidak ringan. Pengomsumsian yang terlalu sering apalagi dalam waktu yang lama dapat merusak lambung dan menimbulkan ketergantungan obat.

Karena itu, rematik lebih baik dicegah daripada diobati. Hindari segala faktor risiko dengan menjalani pola hidup sehat yaitu dengan mengurangi asupan lemak hewani dan melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan fisik, memilih olahraga yang aman dan selalu melakukan pemanasan sebelumnya. Selain itu, terus berupaya mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Ancaman rematik dapat diminimalkan dengan mengonsumsi asam lemak omega-3. Kajian ilmu gizi menyebutkan senyawa yang banyak terdapat pada kaang-kacangan dan minyak ikan serta berkhasiat menyehatkan jantung ini dapat menetralkan kelebihan zat lemak si penyebab radang sendi. Kelenturan sendi pun terjaga.

Omega-3 juga baik dikonsumsi oleh mereka yang terlanjur terkena rematik. Fungsinya mencegah pembengkakan sendi dan menahan pengikisan lapisan tulang rawan. Karena juga bermanfaat mengurangi rasa sakit serta turut memperbaiki kesehatan sendi, omega-3 turut membantu mengurangi ketergantungan penderita rematik terhadap obat-obatan pain killer.

1 komentar:

malut mengatakan...

Ass.Wr.Wb
Berdasarkan kopmentar mba dewi bahwa sekarang ini banyak sekali gejala rematik itu kena pada orang usia 4o tahun tapi kita lihat jaman dulu yang namanya penyakit rematik itu kena bagi orang-orang yang udah lanjut usia apakah rematik yang sekarang ini itu di pengaruhi oleh pola makan atau kah lingkungan atau terjadi pergesaran kondisi alam?